Sabtu, 17 September 2011

sejarah kuliahku


Awal ceritaku....
Dulu waktu aku sekolah di sebuah pondok pesantren di jogjakarta, MA Ali Maksum tepatnya, aku beruntung mendapat kesempatan untuk ikut seleksi Penerimaan Beasiswa Santri Berprestasi. Aku pun tak sia-sia kan, kuambil UGM sebagai pilihan, dengan jurusan Pendidikan Kedokteran dan Agronomi, tapi sayang aku tak diterima alias tak lolos dalam seleksi tersebut.....
Sembari belajar menjelang UN, waktu itu masih kelulusan 100% dari UN, aku seleksi UM UGM dengan jalur UTUL, kupilih jurusan Teknologi Pangan dan biologi. Namun, dalam seleksi ini aku juga tak lolos, sedih rasanya melihat ada teman yang lolos...
Pengumuman kelulusanpun tiba, ya, optimis LULUS pun terwujud, tapi belum selesai perjuanganku karena belum dapat PT...
Aku mencoba peruntungan ikut SNMPTN, kuambil jalur IPC, dengan pilihan, UGM ilmu gizi, UNY pendidikan bahasa Indonesia, dan UIN Suka pendidikan Biologi. Beruntungnya akupun diterima pada pilihan ketiga...tapi hari terakhir registrasi pun aku putuskan untuk tidak mengambilnya....
Hampir aku kayak orang stres yang belum punya tujuan... hampir juga aku mendaftar UGM d3 saking kepengen masuk UGM,,,,tapi tidak jadi.
Berbekal info dari teman, sekolah dan tentunya internet, kutahu tentang beasiswa santri unggulan di UII untuk jurusan TEKNIK....awalnya aku sudah yakin tak akan kuliah di TEKNIK, tapi setelah kupikir dan kudiskusikan dengan keluarga akhirnya kuputusan mencoba...26 juli 2010...hari terakhir pengumpulan berkas dengan modal sertifikat juara 3 olimpiade biologi Madrasah aliyah TK Nasional kukumpulkan....lama sekali pengumumannya aku tunggu...padahal aku tahu UII sudah OSPEK.... tapi kenyataannya aku dan 2 temanku DITERIMA DI UII DENGAN BEASISWA PENUH 4 TH.......aku pun memulai hidupku dengan kuliah di TEKNIK KIMIA UII 2010....

Kamis, 21 April 2011

Menariknya punya hobi membaca

Membaca? Ah, hanya buat si “Kutu Buku”, berkata mata, bahkan cuma orang intelek saja. Kebiasaan yang membosankan, bikin ngantuk, enggak menarik sama sekali. Kata-kata ini sering muncul di kalangan remaja.
Kehidupan kita tidak bisa lepas dari membaca, walaupun cuma membaca sebuah reklame atau pun petunjuk arah, ya semua itu tak lepas dari membaca, meskipun membaca diartikan dengan sebuah koran, majalah ataupun buku. Yah, dengan membaca, seseorang memperoleh pengetahuan apapun. Coba bayangkan apa yang akan terjadi bila kita tak bisa membaca? Pastilah “kebodohan” yang akan menemani kita hidup. Tidak semua ilmu dapat kita capai hanya dengan mendengarkan, membaca adalah kunci sebuah ilmu.
Perkembangan dunia membawa ilmu menjadi nomor satu di mata masyarakat. Salah satu media penyampain ilmu adalah buku.  Ada semboyan “Buku adalah Jendela Dunia”, ungkapan ini memiliki makna yang luas, mengantarkan meraih cita-cita hidup. Isinya pun bermacam-macam, dari yang bermuatan ilmu pengetahuan, sains, sosial, psikologi, kesehatan, sastra dan masih banyak lagi.
Dengan membaca, kita akan memperoleh sebuah gambaran akan rasa ingin tahu yang sering ada dalam pikiran setiap orang, kadang juga memberikan jawaban yang selama ini kita cari. Selain itu, tentunya akan menambah ilmu pengetahuan, yang kelak akan berguna untuk diri kita maupun negara kita, Indonesia tercinta.
Tapi sayang, harga buku begitu mahal, tak bisa dijangkau oleh masyarakat ekonomi bawah. Seiring perkembangan teknologi bermunculan artikel bahkan handbook yang dapat di download secara gratis,murah meriah hanya dengan mengganti uang akses internetnya saja. Munculnya ini, peminat buku cetak pun semakin berkurang. Omset penjualannya pun menurun.
Padahal tanpa membeli buku pun kita tetap bisa membaca, yaitu dengan cara berkunjung ke perpustakaan, kemudian meminjam buku. Dengan begitu budaya membaca pun akan tetap lestari dan juga peminat buku cetak pun terus meningkat.